Sejak Mei 2023, terhitung Jakarta secara konsisten masuk dalam daftar atas kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Bahkan beberapa kali Jakarta menduduki rangking satu. Berdasarkan IQAir, indeks kualitas udara Jakarta menyentuh 160-170, menandakan jika udara Jakarta sudah kritis dan berbahaya.
Apa penyebabnya? Sektor transportasi, industri, dan PLTU yang mengelilingi Jakarta dianggap menjadi tiga sektor utama penyebab polusi udara Jakarta.
Terhitung tujuh jenis polutan utama yang dihasilkan. Ada karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), karbon hitam, non-methane volatile organic compounds (NMVOC), partikulat udara 10 mikrometer (PM10), dan partikulat udara 2,5 mikrometer (PM2,5)
source: mediaindonesia.com
Particulate matter (PM 2.5) menjadi biang utama dari buruknya polusi udara dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Berita buruknya, rata-rata PM2,5 sembilan kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditentukan oleh WHO. Hal ini mempertegas seberapa berbahayanya polusi udara Jakarta.
Lalu, apa dampaknya? Menurut WHO, polusi udara, baik indoor dan outdoor, memiliki andil terhadap kematian dini 6,7 juta orang setiap tahunnya.
Dalam laporan Air Quality Life Index (AQLI), polusi udara juga memangkas angka harapan hidup sebanyak 1,9 tahun. Tapi khusus untuk Jakarta, jika eksposur terhadap polusi udara sekarang terus berlanjut, maka masyarakat Jakarta berpotensi kehilangan angka harapan hidup sebanyak 4,8 tahun.
source: mediaindonesia.com
Kematian dan menurunnya angka harapan hidup disebabkan oleh masalah kesehatan dampak polusi udara. Seperti pneumonia, stroke, penyakit jantung iskemik, penyakit paru obstruktif kronis, dan kanker paru.
Belum lagi, zat polutan juga dapat menipiskan dan membuat lubang di lapisan ozon. Hal ini akan meningkatkan paparan sinar ultraviolet-B (UVB), yang dapat menyebabkan kanker kulit dan gangguan mata. Berbahaya sekali bukan?
Lalu apa solusinya? Pemerintah Jakarta sendiri menghimbau untuk melakukan WFH dan beralih ke kendaraan listrik untuk mengurangi polusi.
Kendaraan listrik sendiri terbukti mampu mengurangi polusi udara di Norwegia. Dimana polutan PM 2,5 menurun hingga 75% dalam 2 dekade terakhir. Namun perlu dicatat, jika sumber listrik Norwegia sudah berasal dari sumber energi terbarukan dan fasilitas penyokong kendaraan listrik sudah mumpuni. Tentunya, butuh waktu dan investasi yang tidak sedikit untuk menciptakan ekosistem serupa di Jakarta.
Satu solusi paling hemat dan efektif adalah menanam pohon. Dalam sebuah penelitian oleh Nowak et al (2014), di Amerika Serikat, keberadaan pohon di perkotaan dapat mengurangi zat polutan sebanyak 711.000 ton per tahun.
Dalam laporan Nature Conservancy, menanam banyak pohon dapat mengurangi polusi dan panas di 245 kota terbesar di dunia. Bahkan beberapa dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara signifikan hanya dengan modal sebesar Rp 60.000 per kapita. Laporan tersebut juga menyebutkan jika pohon bisa menyerap antara 7-24% PM2,5 dalam rentang jarak 100 meter.
Seperti di Beijing, investasi tambahan sebesar US$2,9 juta untuk penanaman pohon di pinggir jalan akan mengurangi jumlah PM2,5 lebih besar daripada 1 mikrogram per kubik meter dalam periode 24 jam. Banyak orang juga akan melihat reduksi yang luar biasa, melampaui 10 mikrogram per kubik.
Namun yang perlu menjadi catatan, walaupun pohon bisa menyerap zat polutan, seperti CO, SO2, dan NOx. Tapi untuk PM2,5, kebanyakan hanya akan terakumulasi di permukaan daun pohon. Alhasil, kebanyakan akan kembali ke atmosfer, tersapu oleh hujan, atau jatuh ke tanah dalam bentuk daun kering dan ranting.
Jadi simpulannya, tidak ada satu solusi mutlak untuk mengatasi polusi. Baik itu mobil listrik atau menanam pohon, semua perlu dikombinasikan. Alih-alih “menyerap polutan”, akan lebih baik jika kita mengurangi emisi polutan, baik di level pemerintah, industri, hingga personal.