To Garden is to Believe in Tomorrow – Audrey Hepburn.

Rasa takjub melihat bagaimana dari sebutir benih yang seolah mati namun ketika ditanam dalam bilangan hari perlahan lahan muncul kehidupan yang menyeruak dari gumpalan tanah, pucuknya menggapai matahari inci demi inci merambat tinggi, kelopak demi kelopak daun muncul, hijau muda kemudian berangsur menjadi hijau gelap, dalam jaringannya terkandung klorofil yang berperan dalam menghasilkan energi dan nutrisi yang dibutuhkannya untuk terus hidup dan tumbuh, dan dalam prosesnya menghasilkan oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup lainnya untuk bernafas. Menyerap karbondioksida dan polusi lalu menggantinya dengan udara segar  dengan oksigen. Tajuk dan bunganya menyejukkan mata dan meneduhkan jiwa. Itu adalah sedikit dari sekian banyak kekaguman yang muncul di alam pikiran dan hati mereka yang mencintai dunia tanam menanam dan berkebun.


Di masa pandemi, manusia belajar untuk dapat lebih menghargai alam di mulai dari rumah dan lingkungan sekitar kita. Dalam ancaman wabah yang mengintai korban setiap hari, kita menyadari bahwa kehidupan sangat berharga dan menjaga diri dan lingkungan merupakan sebuah upaya untuk mensyukurinya. Di tengah gelombang kesadaran baru yang muncul walau agak sedikit dipicu oleh keadaan yang memaksa inilah, ide berkebun dan bertanam di rumah menjadi sebuah trend yang sempat booming di awal masa pandemi. Diawali dengan trend tanaman hias sebagai salah satu cara menghilangkan kejemuan dan mendekorasi suasana di rumah agar tampak lebih hijau dan indah, pelan-pelan pemahaman dan apresiasi terhadap pentingnya fungsi tanaman bagi tempat tinggal menjadi semakin mendapat perhatian publik.

Lebih dari sekedar dekorasi, tanaman yang dapat dimakan, dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari di rumah, edible plants baik sayuran, buah-buahan dan tanaman obat semakin dilirik dan diminati oleh mereka yang bekerja dari rumah dan menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Dengan memanfaatkan ruang yang ada di halaman depan atau belakang rumah, atau bahkan ruang kosong di pojokkan rumah ataumeja kerja, berkebun di rumah sebetulnya dapat dilakukan oleh siapapun dimanapun.

Tanaman yang ditanam sendiri di rumah juga akan mengurangi jejak karbon dari rantai transportasi makanan yang dikonsumsi warga perkotaan serta menjamin kualitas kesehatan dari tanaman tersebut. Tingginya kandungan pestisida pada sayuran dan buah yang kita konsumsi yang berasal dari pertanian skala besar untuk memenuhi demand masyarakat luas, jarang disadari menyimpan ancaman Kesehatan yang serius ketika terus menerus dikonsumsi secara jangka panjang. 

Dengan berbagai manfaat dan alasan di atas, yuk kita lihat beberapa metode yang dapat dilakukan jika kita hendak berkebun di rumah dengan space yang terbatas:

1. Indoor Gardening

Bertanam di dalam ruangan pada umumnya menggunakan media seperti pot pot kecil dengan memperhatikan aspek pencahayaan yang baik. Umumnya tanaman ditempatkan di dekat sumber cahaya dengan sirkulasi udara yang cukup, baik itu di pinggir jendela ataupun ruang terbuka yang terdapat di dalam bangunan rumah. Hal yang perlu diperhatikan adalah kelembapan dan kesuburan media tanah, penyiraman dan pemberian nutrisi secara rutin dengan komposisi yang tepat menjadi kunci keberhasilan indoor gardening. Edible plants, herbs dan tanaman bumbu untuk dapur seperti seledri, kemangi, daun mint, rosemary, oregano, thyme hingga cabai biasanya merupakan jenis-jenis yang sering dicoba untuk dibudidayakan melalui metode ini oleh kaum urban gardener.

 

2. Rooftop Gardening

Terbatasnya lahan di perkotaan menjadikan banyak urban gardener yang memanfaatkan bagian atap rumah untuk melakukan rooftop gardening. Kondisi bagian atas rumah yang terbuka dan kaya akan cahaya serta terpapar langsung dengan hujan menjadikan metode ini cukup efektif dalam pemanfaatan ruang terbatas untuk berkebun dengan perawatan minim. Salah satu manfaat lain dari rooftop gardening adalah fungsi ruang rekreasi di rumah, rooftop garden bisa disulap menjadi sanctuary tempat bersantai yang dapat digunakan untuk melepas penat, duduk duduk sambil membaca atau sekedar menikmati kopi di pagi hari atau the di sore hari dikelilingi dengan tanaman yang hijau dan pemandangan yang terlihat dari atap rumah kita. Hal yang perlu diperhatikana dalah kondisi drainase serta pembersihan rutin dari sisa daun atau kotoran lain yang dapat menghalangi jalur air yang dapat mengakibatkan rembesan ke dalam rumah. Tanaman hias, tanaman edible, tanaman rambat, dapat dipadupadankan untuk menjadikan rooftop kita bermanfaat dan tampak indah sebagai ruang bersantai.


3. Raise Bed Gardening

Raised Bed Gardening atau berkebun dengan menggunakan bak tanaman yang berada satu level di atas permukaan tanah biasanya dilakukan di halaman yang kondisi tanahnya tidak cukup subur seperti umumnya kualitas tanah yang ada di perkotaan atau lahan kritis. Raised Bed dibuat sebagai wadah yang menampung media tanam yang kualitas kesuburan, kegemburan dan nutrisinya dapat dikondisikan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Ukuran dari raised Bed beragam disesuaikan dengan ketersediaan ruang, namun umumnya raised bed dibuat dengan bentuk persegi Panjang dnegan kisaran ukuran lebar 80 - 100 cm dan Panjang 2-4 m untuk setiap bed nya. Layout raised Bed pun dapat dibuat lajur lajur berbaris dengan menyisakan jalur bagi pekebun untuk dapat lalu lalang dan mengurus tanaman yang tumbuh di dalam bed. Dalam satu raised Bed dapat dilakukan pengelompokkan jenis tanaman untuk memudahkan proses perawatan dan panen, namun ada juga yang melakukan tumpang sari dalam satu wadah raised bed. Biasanya metode ini cukup efektif untuk edible plants dan vegetable gardening karena kondisi pemberian nutrisi berupa kompos dan pupuk dapat dimaksimalkan termasuk juga proses pengairan dan perawatan tanaman.


5. Hidroponik

Terbatasnya tanah dan ruang juga menajdikan metode hidroponik atau bertanam tanpa tanah dan mengandalkan air sebagai media utama untuk pertumbuhan dan pemberian nutrisi bagi tanaman menjadi primadona. Tanaman yang ditanam dengan metode hidroponik biasanya dapat tumbuh dan dipanen lebih cepat, karena pemberian nutrisi dapat dijadwalkan dengan lebih intensif. Ada berbagai metode hidroponik namun prinsip dasarnya adalah menempatkan tanaman pada lubang-lubang dimana akar tanaman berada pada aliran air yang dangkal sehingga tanaman tidak terendam sepenuhnya. Bagian yang terendam akan mendapat nutrisi dari air yang dipompa atau diteteskan secara terus menerus, terjadwal dan sesuai takaran. Sedangkan bagian yang terbuka di atas lubang, akan mendapatkan oksigen dan ruang tumbuh. Beberapa jenis tanaman yang cocok untuk hidroponik antara lain selada, kangkung, bayam, tanaman herbal (basil, ketumbar dan daun mint), dan bahkan tanaman bunag seperti mawar ataupun buah seperti melon.


6. Aquaponik

Bagi mereka yang bukan hanya mencintai tanaman namun juga hewan budidaya. Aquaponik adalah metode alternatif yang cocok untuk menyalurkan kedua minat. Dalam metode ini kita dapat menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu tempat. Prinsip dasarnya adalah tanaman akan memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang apabila dibiarkan di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikan. Tanaman lalu membalas jasa tersebut dengn berperan sebagai filter vegetasi yang mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang tidak berbahaya bagi ikan. Selain itu juga tentu memberi suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan. Siklus ini saling menggisi dan memberi manfaat bagi kesatuan ekosistem mini dalam aquaponic. Ada berbagai jenis ikan yang biasanya digunakan dalam sistem aquaponic, tetapi yang paling saring digunakan yaitu ikan nila. Aquaponik dapat digunakan untuk menumbuhkan hampir semua jenis sayuran/ Beberapa varietas yang biasa ditanam dengan metode ini adalah; terung (ungu), tomat, cabe, dan melon. Kelebihan dari system ini selain kita dapat menikmati hasil panen tanaman kita juga dapat mengkonsumsi ikannya sebagai tambahan protein bagi tubuh.


Nah, ada berbagai jalan untuk menuju Roma! Enam metode di atas adalah sedikit dari sekian banyak Teknik untuk berkebun di rumah dengan ruangan atau space yang terbatas. So, tunggu apa lagi? tidak ada alasan untuk tidak memulai. Selama ada kemauan, semua orang dapat bertanam di rumah, menghasilkan sayuran dan buah yang terjamin kesehatannya dan di saat yang bersamaan menghijaukan dan meningkatkan kualitas udara di rumah dan lingkungan sekitar bagi bumi kita. (IBN)