Rumah bukan hanya mengenai benda, namun tentang ruang. Saat ini, tren mengenai green building semakin meningkat, terutama di kawasan perkotaan yang padat penduduk. Kita mulai sadar, bahwa tempat kita tinggal/bernaung selama ini juga menjadi salah satu faktor yang penting untuk dipertimbangan. Hal tersebut dikarenakan arsitektur perancangan rumah juga mempengaruhi kualitas hidup, dimana kita mencari kenyaman saat berada di rumah. Pada dasarnya, kita juga bisa merancang kualitas hidup kita sesuai dengan apa yang kita mau, karena sebenarnya pola hidup dan kualitas hidup itu ada di tangan kita sendiri. Jadi, bagaimana dengan rumahmu? Sudah baikkah tempat yang kamu tinggali?

Jika tempat yang kita tinggali dibangun dengan keliru tanpa mempertimbangankan aspek yang ditimbulkan, maka akan menimbulkan dampak seperti berkontribusi terhadap emisi global dari sektor konstruksi. Padahal, kita juga bisa merancang rumah dengan mengutamakan aspek bahwa dengan membangun rumah ini, akan meminimalisir dampak yang akan dihasilkannya juga.  Ranah arsitektur bukan hanya mendesain, tetapi juga membangun dan menghuni. Dalam hal ini, kita bisa memulainya dengan mempertimbangkan metode konstruksi dan penggunaan material yang ramah lingkungan dan efektif secara distribusi dari waktu pengerjaan, kualitas dan pastinya hemat biaya dalam membangun rumah.

Selain membangun rumah dengan mempertimbangkan beberapa aspek diatas, kita juga bisa menghuni tempat tinggal yang selaras dengan alam dan sesama, seperti menanam jenis pohon besar di sekitar rumah maupun dengan menanam ragam tanaman house planting (indoor planting), urban planting dan vertical gardening. Dengan kita mempraktekkan beberapa hal tersebut, juga telah berpartisipasi dalam menjaga keanekaragaman hayati yang ada di sekitar rumah. 

Manajemen air dalam rumah juga menjadi salah satu faktor dalam mewujudkan green building, dimana kita bisa memaksimalkan penyerapan air di sekitar rumah dengan cara membangun sumur resapan, karena sumur resapan bisa menjadi salah satu cara mengkonservasi air tanah yang berfungsi untuk memasukkan air hujan ke dalam tanah. Selain itu, pembuatan lubang biopori juga dapat memaksimalkan penyerapan air tanah, dimana biopori merupakan lubang buatan dengan silindris 100 cm di dalam tanah, yang nantinya lubang tersebut kemudian ditimbun dengan sampah organik untuk menghidupi cacing pembuat pori-pori di dalam tanah, sehingga tanah memiliki daya serap air yang baik dan sebagai penyimpanan cadangan air saat musim kemarau.

Pengelolaan sampah rumah tangga juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan, karena sudah dapat dipastikan bahwa setiap rumah akan menghasilkan sampah dan apabila tidak dikelola dengan bijak, dapat berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Sebagai contoh, kita bisa memilah sampah dan memanfaatkan sampah organik menjadi kompos. 

Energi yang kita gunakan di dalam rumah juga menjadi pertimbangan dalam membangun rumah yang hijau, dimana saat ini kita bisa beralih dari sumber energi konvensional menjadi sumber energi terbarukan, contohnya yang paling memungkinkan untuk digunakan dalam skala rumah yaitu yaitu PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Selain lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan PLTS juga akan menghemat biaya dalam penggunaan uang untuk membayar listrik.

Ketersediaan sumber pangan yang dekat dari rumah kita juga merupakan wujud pengaplikasian green building, contohnya dengan hidroponik ataupun menanam di pekarangan rumah. Jika sumber pangan yang kita konsumsi dekat dari rumah atau bahkan diproduksi sendiri dari hasil menanam di rumah kita, hal tersebut sangat baik karena berarti hasil pangan yang kita konsumsi terjamin kualitasnya. Apalagi jika tanaman pangan tersebut dirawat secara organik, baik tanaman buah, sayur ataupun rempah-rempah (bumbu). 

Jadi, cukup mudah kan untuk mulai menjadikan rumahmu sebagai “green building? :)